Rabu, 15 September 2010

LEBIH MENGENAL TRANSMISI OTOMATIS

Memaksimalkan Transmisi Otomatis


    
Permintaan  kendaraan bertransmis otomatis dari tahun ke tahun kian meningkat. Kemacetan lalu lintas merupakan salah satu faktor yang membuat konsumen memilih kendaraan bertransmisi matik. Namun masih sedikit pemilik yang mampu memaksimalkan kemampuan transmisi matik.

Masih banyak yang menggangap mobil bertransmisi otomatis kurang responsif. Tak heran bila banyak orang yang hanya memanfaatkan posisi Drive (D), dan menginjak pedal gas atau rem saja saat berkendara. Tidak responsif, lemah di tanjakan, sulit menyalip atau tidak memiliki engine brake  di jalan menurun sudah menjadi risiko yang harus diterima pemilik kendaraan matik. Padahal itu tidak benar.

Bila dibanding transmisi manual, otomatis memang masih memiliki gejala slip lebih banyak. Tak lain lantaran menggunakan kopling tipe basah. Namun berbicara agresif, matik pun mampu membuat mobil Anda terasa agresif.

Apalagi perkembangan teknologi transmisi telah berkembang pesat. Bila dahulu matik hanya sebatas membaca sensor kecepatan dalam beroperasi, kini matik telah memiliki beragam sensor yang menunjang kemampuannya dan menyesuaikan dengan gaya mengemudi.

Di sini Electronic Control Unit (ECU) pun mengumpulkan beragam data yang dikumpulkan dari sensor-sensor itu untuk diolah dan disesuaikan dengan kondisi jalan atau gaya mengemudi.

 Apa itu L, 2 dan D?
Pada transmisi otomatis 4-percepatan, umumnya tersedia pilihan L atau 1, 2 dan D untuk menjalankan kendaraan. Serta P dan R untuk fungsi parkir dan mundur.

Bila Anda beranggapan L atau 1 hanya digunakan pada jalan menanjak karena merupakan gigi 1. Dan angka dua adalah posisi di gigi 2, hal itu tak sepenuhnya benar.

L atau angka 1 memang diperuntukkan jalan menanjak curam atau kecepatan rendah. Pasalnya transmisi akan mengunci di gigi 1. Sedangkan angka 2, menandakan gigi yang dapat beroperasi adalah 1 dan 2.

Sementara posisi tuas di D dengan overdrive  OFF, menandakan gigi yang bekerja adalah 1, 2 dan 3. Hal ini berlaku untuk transmisi matik 4-speed.  Bila overdrive  dalam posisi ON, yang ditandai matinya indikator O/D di dasbor, seluruh perbandingan gigi transmisi (1, 2, 3, 4) digunakan secara otomatis.

Jadi bila Anda ingin mendapatkan efek engine brake  di jalan menurun atau hendak menyalip, Anda dapat menggunakan overdrive  OFF jika sebelumnya overdrive dalam posisi ON. Atau memindahkan tuas ke posisi angka 2 bila sebelumnya overdrive  dalam posisi OFF.

Dengan cara ini akselerasi yang dihasilkan bisa lebih cepat. Hal itu bisa juga dilakukan dengan cara kickdown  (menekan pedal gas dalam-dalam). Tapi beberapa mobil memiliki reaksi perpindahan gigi yang lamban. Sementara Anda membutuhkan respons yang cepat.

Mode Sport
Beberapa produsen mobil menyediakan mode Sport pada transmisi otomatisnya. Pada mode ini, transmisi akan mempertahankan posisi gigi lebih lama dari biasanya.

Misalnya perpindahan gigi dalam kondisi normal dilakukan secara otomatis pada putaran mesin sekitar 2.000 rpm. Sementara pada mode Sport, perpindahan gigi itu terjadi pada putaran mesin lebih tinggi. Efeknya, rentang tenaga akan terjaga dan efek engine brake  pun lebih terasa dengan mode ini.

Shift lock release
Fitur ini berguna saat mobil diparkir paralel. Biasanya berupa tombol, tuas atau lubang untuk anak kunci bertuliskan Shift Lock Release.  Dengan mengaktifkannya, tuas persneling pun bisa dipindah ke posisi netral (N) saat kunci kontak sudah dicabut.

Mode manual
Teknologi perpindahan gigi secara manual atau sekuensial sudah banyak diaplikasi beberapa mobil bertransmisi otomatis. Dulunya sistem ini hanya digunakan pada mobil premium atau sports car.  Tapi kini SUV atau MPV pun sudah menerapkannya.

Contohnya adalah pada transmisi Shiftronic, Steptronic atau Tiptronic. Dengan sistem ini, Anda dapat memindahkan posisi gigi lebih akurat sesuai kebutuhan. Atau mengemudi sambil memanfaatkan puncak tenaga atau torsi dari mesin.

Umumnya sistem ini bisa diaktifkan dengan menggerakkan tuas transmisi atau menekan tombol. Sementara perpindahan gigi dapat dilakukan dengan menggerakkan tuas persneling ke depan-belakang atau kiri-kanan, menggunakan tombol di setir atau paddleshift.

Meski bisa dilakukan secara manual, biasanya produsen tetap menerapkan perpindahan gigi secara otomatis ketika putaran mesin sampai di red line  untuk safety.  Atau secara otomatis memindahkan gigi ke posisi satu ketika mobil berhenti walau sesaat.



Kenali Nyawa Transmisi Otomatis

   
Asumsi negatif mengenai mobil bertransmisi otomatis masih tetap kuat di masyarakat kita. Penyebabnya adalah pengetahuan yang minim terhadap transmisi pintar ini sebagai penyalur tenaga mesin ke roda.

Perbaikan transmisi otomatis memang terbilang mahal. Apalagi jika harus mengganti seluruh bagian secara utuh. Pertanyaannya, kenapa sampai rusak total? Jika kerusakan adalah kesalahan produksi, pihak ATPM pasti bertanggung jawab selama masih dalam masa garansi.

Namun dalam banyak kasus, kerusakan yang terjadi disebabkan oleh kesalahan pemilik dalam merawat transmisi pintar ini. Oli ATF (automatic transmision fluid) merupakan elemen yang sangat esensial di sini. Tanpa pelumas ini, tenaga mesin tidak akan tersalurkan ke roda.

Pada mobil-mobil terbaru, transmisi otomatisnya membutuhkan ATF dengan spesifikasi lebih baik lagi. Rancang bangun transmisi otomatis saat ini memiliki lebih banyak sensor elektrikal dibanding transmisi otomatis konvensional. Semuanya mengacu terhadap peningkatan performa transmisi otomatis untuk mengurangi gejala selip pada transmisi sekaligus meningkatkan waktu reaksinya.

“Penggunaan jenis ATF yang tidak sesuai dengan spesifikasi transmisi bisa mengakibatkan gejala abnormal seperti dari shift shock  atau entakan saat perpindahan gigi,” ujar Iwan Abdurahman, trainer PT Toyota-Astra Motor.

Ambil contoh Toyota Avanza dan Rush cukup menggunakan ATF dengan spesifikasi Dexron III seperti transmisi otomatis konvensional. Sementara Toyota Kijang Innova dan Fortuner membutuhkan spesifikasi ATF yang lebih baik lagi, yaitu T-IV. Salah satu kelebihan ATF jenis ini adalah viskositas yang lebih baik dan titik didih lebih tinggi.

Sementara ATF dengan spesifikasi WS digunakan pada Toyota Yaris, Vios, Camry, Alphard, Crown, Previa, dan Land Cruiser 200 Series. Transmisi otomatis yang digunakan mobil-mobil ini membutuhkan ATF dengan performa lebih tinggi lagi yang memiliki viskositas atau kekentalan lebih rendah.

Perbedaan tingkat viskositas ATF WS dan T-IV tak bisa dilihat maupun dirasakan hanya dengan mengandalkan jari. Namun saat bekerja, ATF jenis WS menghasilkan reaksi lebih cepat dibanding T-IV karena sifatnya yang lebih encer dan lebih cepat melakukan penetrasi melalui body valve  transmisi modern yang lebih kecil dibanding matik konvensional. Hal ini juga membantu mengurangi gejala selip yang umum terjadi. Dengan begitu akselerasi transmisi otomatis yang mengandalkan spesifikasi ATF ini jauh lebih spontan dan responsif.

Lifetime transmisi otomatis
Apa yang menentukan daya tahan sebuah transmisi otomatis? “Semuanya tergantung dari ‘nyawa’ transmisi matik yaitu ATF,” tutur Ricky Ricardo, pemilik bengkel transmisi otomatis di bilangan Cikokol Tangerang.

Baik jumlah maupun kualitas ATF harus selalu dijaga. Bahkan Ricky menganjurkan penggantian ATF setiap 5.000 km dan menguras seluruh ATF setiap 20.000 km sekali. Ia berani menjamin perawatan rutin seperti ini bisa menghindarkan transmisi dari berbagai masalah yang kerap terjadi sekaligus meningkatkan umur penggunaan transmisi tersebut.

“Untuk Toyota, untuk spesifikasi Dexron III harus diganti setiap 80.000 km dan T-IV dan WS setiap 100.000 km sekali dengan menggunakan ATF Genuine Toyota,” jelas Iwan Abdurahman. Ini merupakan interval paling jarang agar transmisi terhindar dari masalah. Ia menambahkan jika ATF lebih sering diganti akan jauh lebih baik lagi. Namun semuanya tergantung Anda sendiri sebagai penggunanya.  

Perhatian!
1. Baca buku petunjuk saat hendak mengganti oli transmisi otomatis (ATF).
2. Pastikan ATF pengganti sesuai dengan spesifikasi yang digunakan transmisi mobil Anda.
3. Lakukan konsultasi di bengkel resmi terdekat di kota Anda sebelum melakukan penggantian   ATF.

Memeriksa Cairan


   
Menghindari kekurangan cairan di kendaraan tidak perlu waktu dan tenaga ekstra. Tidak kotor, gampang dan siapa pun pun bisa mengerjakannya sendiri. Sisihkan dua sampai tiga menit untuk mengontrol air radiator, oli mesin, air wiper  dan cairan elektrolit aki. Keempat cairan itu memiliki fungsi yang penting dan memerlukan perhatian.
Air Radiator


Fungsi air radiator adalah pendingin mesin yang maksimal, jika volume air tersebut cukup. Jika air radiator berkurang, akan berefek ke mesin. Mesin akan cepat panas (overheat). Akibatnya mesin akan mati, dan dapat merusak komponen mesin.
      
Cara menambahkan air radiator cukup mudah. Sebelum mesin dihidupkan, buka kap mesin. Pada tabung reservoir air radiator, dilihat apakah air berada diantara garis maksimum dan minimum.
      
Jika air dibawah garis minimum, disarankan untuk menambah air radiator. Penambahan air radiator dapat dilakukan dengan air radiator (coolant) ke tabung cadangan sampai mendekati batas maksimum.


Air Aki

Posisi permukaan air di dalam aki harus dibawah garis maksimum dan diatas garis minumum. Sel pada aki akan rusak jika kekurangan air terlalu lama. Kerusakan pada sel aki berarti kerusakan aki, yang menuntut pada penggantian aki baru.

Tambahlah air aku elektrolit (berwarna biru) hingga mendekati batas garis maksimum. Pengisian diatas garis maksimum dapat menyebabkan penguapan air aki, yang dapat merusak cat dan komponen mesin.

Air Wiper

Banyak merek khusus pencampur air wiper tersedia di pasar. Jika dalam kondisi darurat, sampo rambut bisa digunakan. Gunakan yang tidak mengandung kondisioner. Deterjen atau sabun colek dapat menyebabkan selang air wiper mampat, serta dapat membuat bercak pada kaca dan cat mobil.

Air wiper ini sangat berguna, terutama pada musim hujan atau masa pancaroba. Pengecekkan berkala perlu dilakukan, menambahkan air dapat dilakukan dengan mudah. Cukup membuka tabung air wiper, tuangkan konsentrat pencampur sesuai dosis dan tambahkan air hingga memenuhi tabung.


Oli Mesin

Penyusutan atau penguapan oli sampai batas penggantian oli, masih dapat ditoleransi. Namun pengecekkan berkala harus dilakukan, untuk menjaga jika terjadi kebocoran, yang berbuntut penyusutan secara drastis. Jika tidak kita periksa dan menambahkan oli, mesin akan jebol.

Cara memeriksanya, pada waktu mobil belum dinyalakan (biasanya pagi hari), tarik dipstick oli dan bersihkan. Masukkan kembali sampai habis, lalu tarik kembali. Perhatikan tanda oli di stik. Kondisi normal jika berada didalam batas maksimal-minimal.

Jika sudah mendekati batas bawah, segera tambahkan oli sesuai merek, tipe, dan viskositas yang digunakan. Setelah ditambahkan, periksa kembali apakah sudah cukup terisi hingga batas rekomendasi.


Oli Transmisi Matic

Pelumas transmisi otomatis juga tidak perlu ditambahkan hingga periode penggantian (sekitar 40.000 km). Karena penyusutan selama masa operasionalnya masih dalam batas toleransi.

Dilandasi dengan komponen transmisi dalam kondisi sehat. Namun kebocoran pun dapat terjadi, dan oli pun menyusut. Pada saat itu terjadi, penambahan mutlak diperlukan.


Pengecekkan oli transmisi otomatis dilakukan saat mobilpanas. Cara mengukurnya, angkat dipstick oli transmisi, bersihkan ujung stik, masukkan dan angkat kembali. Jika oli berada di bawah batas maksimal, tuangkan oli transmisi dengan bantuan corong ke lubang dipstick. Merek dan tipe harus sesuai dengan oli yang sudah dipakai.


Minyak Rem



Sistem rem mengandalkan minyak untuk bekerja, seperti mesin dan transmisi; minyak rem juga tidak perlu penambahan selama sistem rem bekerja dengan baik. Bahkan, dari permukaan minyak rem dapat diketahui ketebalan kampas rem.

Penyusutan kampas rem sebanding dengan penyusutan minyak rem secara teratur. Penyusutan drastis minyak rem pertanda ada indikasi kebocoran pada sistem rem.

Kondisi seperti ini perlu penambahan minyak rem, dengan catatan minyak menggunakan spesifikasi yang serupa. Penambahan minyak rem yang sering, pertanda kebocoran pada sistem rem. Segera diperbaiki karena rem adalah bagian yang cukup vital.


Minyak Power Steering

Pada keadaan mobil hidup, itu adalah saat pengecekkan minyak power steering. Salah satu pertanda minyak power steering perlu penambahan adalah pada saat putaran setir terasa berat. Atau dapat langsung dilihat di tabung reservoir, apakah permukaan minyak pada posisi maksimum atau tidak.

Posisi dibawah berarti kurang. Pengisian hingga batas maksimum. Hindari mengisi lebih dari batas maksimum, karena akan menyebabkan tumpah diakibatkan oleh tekanan balik.

Untuk menjaga keawetan power steering agar tetap awet, usahakan jangan memutar pada saat mesin mati, dan jangan membelokkan ban sampai mentok terlalu lama.

auto bild indonesia



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar