|
Selasa, 21 September 2010
ToDay Spirit
Rabu, 15 September 2010
LEBIH MENGENAL TRANSMISI OTOMATIS
Memaksimalkan Transmisi Otomatis
Permintaan kendaraan bertransmis otomatis dari tahun ke tahun kian meningkat. Kemacetan lalu lintas merupakan salah satu faktor yang membuat konsumen memilih kendaraan bertransmisi matik. Namun masih sedikit pemilik yang mampu memaksimalkan kemampuan transmisi matik.
Masih banyak yang menggangap mobil bertransmisi otomatis kurang responsif. Tak heran bila banyak orang yang hanya memanfaatkan posisi Drive (D), dan menginjak pedal gas atau rem saja saat berkendara. Tidak responsif, lemah di tanjakan, sulit menyalip atau tidak memiliki engine brake di jalan menurun sudah menjadi risiko yang harus diterima pemilik kendaraan matik. Padahal itu tidak benar.
Bila dibanding transmisi manual, otomatis memang masih memiliki gejala slip lebih banyak. Tak lain lantaran menggunakan kopling tipe basah. Namun berbicara agresif, matik pun mampu membuat mobil Anda terasa agresif.
Apalagi perkembangan teknologi transmisi telah berkembang pesat. Bila dahulu matik hanya sebatas membaca sensor kecepatan dalam beroperasi, kini matik telah memiliki beragam sensor yang menunjang kemampuannya dan menyesuaikan dengan gaya mengemudi.
Di sini Electronic Control Unit (ECU) pun mengumpulkan beragam data yang dikumpulkan dari sensor-sensor itu untuk diolah dan disesuaikan dengan kondisi jalan atau gaya mengemudi.
Apa itu L, 2 dan D?
Pada transmisi otomatis 4-percepatan, umumnya tersedia pilihan L atau 1, 2 dan D untuk menjalankan kendaraan. Serta P dan R untuk fungsi parkir dan mundur.
Bila Anda beranggapan L atau 1 hanya digunakan pada jalan menanjak karena merupakan gigi 1. Dan angka dua adalah posisi di gigi 2, hal itu tak sepenuhnya benar.
L atau angka 1 memang diperuntukkan jalan menanjak curam atau kecepatan rendah. Pasalnya transmisi akan mengunci di gigi 1. Sedangkan angka 2, menandakan gigi yang dapat beroperasi adalah 1 dan 2.
Sementara posisi tuas di D dengan overdrive OFF, menandakan gigi yang bekerja adalah 1, 2 dan 3. Hal ini berlaku untuk transmisi matik 4-speed. Bila overdrive dalam posisi ON, yang ditandai matinya indikator O/D di dasbor, seluruh perbandingan gigi transmisi (1, 2, 3, 4) digunakan secara otomatis.
Jadi bila Anda ingin mendapatkan efek engine brake di jalan menurun atau hendak menyalip, Anda dapat menggunakan overdrive OFF jika sebelumnya overdrive dalam posisi ON. Atau memindahkan tuas ke posisi angka 2 bila sebelumnya overdrive dalam posisi OFF.
Dengan cara ini akselerasi yang dihasilkan bisa lebih cepat. Hal itu bisa juga dilakukan dengan cara kickdown (menekan pedal gas dalam-dalam). Tapi beberapa mobil memiliki reaksi perpindahan gigi yang lamban. Sementara Anda membutuhkan respons yang cepat.
Mode Sport
Beberapa produsen mobil menyediakan mode Sport pada transmisi otomatisnya. Pada mode ini, transmisi akan mempertahankan posisi gigi lebih lama dari biasanya.
Misalnya perpindahan gigi dalam kondisi normal dilakukan secara otomatis pada putaran mesin sekitar 2.000 rpm. Sementara pada mode Sport, perpindahan gigi itu terjadi pada putaran mesin lebih tinggi. Efeknya, rentang tenaga akan terjaga dan efek engine brake pun lebih terasa dengan mode ini.
Shift lock release
Fitur ini berguna saat mobil diparkir paralel. Biasanya berupa tombol, tuas atau lubang untuk anak kunci bertuliskan Shift Lock Release. Dengan mengaktifkannya, tuas persneling pun bisa dipindah ke posisi netral (N) saat kunci kontak sudah dicabut.
Mode manual
Teknologi perpindahan gigi secara manual atau sekuensial sudah banyak diaplikasi beberapa mobil bertransmisi otomatis. Dulunya sistem ini hanya digunakan pada mobil premium atau sports car. Tapi kini SUV atau MPV pun sudah menerapkannya.
Contohnya adalah pada transmisi Shiftronic, Steptronic atau Tiptronic. Dengan sistem ini, Anda dapat memindahkan posisi gigi lebih akurat sesuai kebutuhan. Atau mengemudi sambil memanfaatkan puncak tenaga atau torsi dari mesin.
Umumnya sistem ini bisa diaktifkan dengan menggerakkan tuas transmisi atau menekan tombol. Sementara perpindahan gigi dapat dilakukan dengan menggerakkan tuas persneling ke depan-belakang atau kiri-kanan, menggunakan tombol di setir atau paddleshift.
Meski bisa dilakukan secara manual, biasanya produsen tetap menerapkan perpindahan gigi secara otomatis ketika putaran mesin sampai di red line untuk safety. Atau secara otomatis memindahkan gigi ke posisi satu ketika mobil berhenti walau sesaat.
Masih banyak yang menggangap mobil bertransmisi otomatis kurang responsif. Tak heran bila banyak orang yang hanya memanfaatkan posisi Drive (D), dan menginjak pedal gas atau rem saja saat berkendara. Tidak responsif, lemah di tanjakan, sulit menyalip atau tidak memiliki engine brake di jalan menurun sudah menjadi risiko yang harus diterima pemilik kendaraan matik. Padahal itu tidak benar.
Bila dibanding transmisi manual, otomatis memang masih memiliki gejala slip lebih banyak. Tak lain lantaran menggunakan kopling tipe basah. Namun berbicara agresif, matik pun mampu membuat mobil Anda terasa agresif.
Apalagi perkembangan teknologi transmisi telah berkembang pesat. Bila dahulu matik hanya sebatas membaca sensor kecepatan dalam beroperasi, kini matik telah memiliki beragam sensor yang menunjang kemampuannya dan menyesuaikan dengan gaya mengemudi.
Di sini Electronic Control Unit (ECU) pun mengumpulkan beragam data yang dikumpulkan dari sensor-sensor itu untuk diolah dan disesuaikan dengan kondisi jalan atau gaya mengemudi.
Apa itu L, 2 dan D?
Pada transmisi otomatis 4-percepatan, umumnya tersedia pilihan L atau 1, 2 dan D untuk menjalankan kendaraan. Serta P dan R untuk fungsi parkir dan mundur.
Bila Anda beranggapan L atau 1 hanya digunakan pada jalan menanjak karena merupakan gigi 1. Dan angka dua adalah posisi di gigi 2, hal itu tak sepenuhnya benar.
L atau angka 1 memang diperuntukkan jalan menanjak curam atau kecepatan rendah. Pasalnya transmisi akan mengunci di gigi 1. Sedangkan angka 2, menandakan gigi yang dapat beroperasi adalah 1 dan 2.
Sementara posisi tuas di D dengan overdrive OFF, menandakan gigi yang bekerja adalah 1, 2 dan 3. Hal ini berlaku untuk transmisi matik 4-speed. Bila overdrive dalam posisi ON, yang ditandai matinya indikator O/D di dasbor, seluruh perbandingan gigi transmisi (1, 2, 3, 4) digunakan secara otomatis.
Jadi bila Anda ingin mendapatkan efek engine brake di jalan menurun atau hendak menyalip, Anda dapat menggunakan overdrive OFF jika sebelumnya overdrive dalam posisi ON. Atau memindahkan tuas ke posisi angka 2 bila sebelumnya overdrive dalam posisi OFF.
Dengan cara ini akselerasi yang dihasilkan bisa lebih cepat. Hal itu bisa juga dilakukan dengan cara kickdown (menekan pedal gas dalam-dalam). Tapi beberapa mobil memiliki reaksi perpindahan gigi yang lamban. Sementara Anda membutuhkan respons yang cepat.
Mode Sport
Beberapa produsen mobil menyediakan mode Sport pada transmisi otomatisnya. Pada mode ini, transmisi akan mempertahankan posisi gigi lebih lama dari biasanya.
Misalnya perpindahan gigi dalam kondisi normal dilakukan secara otomatis pada putaran mesin sekitar 2.000 rpm. Sementara pada mode Sport, perpindahan gigi itu terjadi pada putaran mesin lebih tinggi. Efeknya, rentang tenaga akan terjaga dan efek engine brake pun lebih terasa dengan mode ini.
Shift lock release
Fitur ini berguna saat mobil diparkir paralel. Biasanya berupa tombol, tuas atau lubang untuk anak kunci bertuliskan Shift Lock Release. Dengan mengaktifkannya, tuas persneling pun bisa dipindah ke posisi netral (N) saat kunci kontak sudah dicabut.
Mode manual
Teknologi perpindahan gigi secara manual atau sekuensial sudah banyak diaplikasi beberapa mobil bertransmisi otomatis. Dulunya sistem ini hanya digunakan pada mobil premium atau sports car. Tapi kini SUV atau MPV pun sudah menerapkannya.
Contohnya adalah pada transmisi Shiftronic, Steptronic atau Tiptronic. Dengan sistem ini, Anda dapat memindahkan posisi gigi lebih akurat sesuai kebutuhan. Atau mengemudi sambil memanfaatkan puncak tenaga atau torsi dari mesin.
Umumnya sistem ini bisa diaktifkan dengan menggerakkan tuas transmisi atau menekan tombol. Sementara perpindahan gigi dapat dilakukan dengan menggerakkan tuas persneling ke depan-belakang atau kiri-kanan, menggunakan tombol di setir atau paddleshift.
Meski bisa dilakukan secara manual, biasanya produsen tetap menerapkan perpindahan gigi secara otomatis ketika putaran mesin sampai di red line untuk safety. Atau secara otomatis memindahkan gigi ke posisi satu ketika mobil berhenti walau sesaat.
Kenali Nyawa Transmisi Otomatis
Asumsi negatif mengenai mobil bertransmisi otomatis masih tetap kuat di masyarakat kita. Penyebabnya adalah pengetahuan yang minim terhadap transmisi pintar ini sebagai penyalur tenaga mesin ke roda.
Perbaikan transmisi otomatis memang terbilang mahal. Apalagi jika harus mengganti seluruh bagian secara utuh. Pertanyaannya, kenapa sampai rusak total? Jika kerusakan adalah kesalahan produksi, pihak ATPM pasti bertanggung jawab selama masih dalam masa garansi.
Namun dalam banyak kasus, kerusakan yang terjadi disebabkan oleh kesalahan pemilik dalam merawat transmisi pintar ini. Oli ATF (automatic transmision fluid) merupakan elemen yang sangat esensial di sini. Tanpa pelumas ini, tenaga mesin tidak akan tersalurkan ke roda.
Pada mobil-mobil terbaru, transmisi otomatisnya membutuhkan ATF dengan spesifikasi lebih baik lagi. Rancang bangun transmisi otomatis saat ini memiliki lebih banyak sensor elektrikal dibanding transmisi otomatis konvensional. Semuanya mengacu terhadap peningkatan performa transmisi otomatis untuk mengurangi gejala selip pada transmisi sekaligus meningkatkan waktu reaksinya.
“Penggunaan jenis ATF yang tidak sesuai dengan spesifikasi transmisi bisa mengakibatkan gejala abnormal seperti dari shift shock atau entakan saat perpindahan gigi,” ujar Iwan Abdurahman, trainer PT Toyota-Astra Motor.
Ambil contoh Toyota Avanza dan Rush cukup menggunakan ATF dengan spesifikasi Dexron III seperti transmisi otomatis konvensional. Sementara Toyota Kijang Innova dan Fortuner membutuhkan spesifikasi ATF yang lebih baik lagi, yaitu T-IV. Salah satu kelebihan ATF jenis ini adalah viskositas yang lebih baik dan titik didih lebih tinggi.
Sementara ATF dengan spesifikasi WS digunakan pada Toyota Yaris, Vios, Camry, Alphard, Crown, Previa, dan Land Cruiser 200 Series. Transmisi otomatis yang digunakan mobil-mobil ini membutuhkan ATF dengan performa lebih tinggi lagi yang memiliki viskositas atau kekentalan lebih rendah.
Perbedaan tingkat viskositas ATF WS dan T-IV tak bisa dilihat maupun dirasakan hanya dengan mengandalkan jari. Namun saat bekerja, ATF jenis WS menghasilkan reaksi lebih cepat dibanding T-IV karena sifatnya yang lebih encer dan lebih cepat melakukan penetrasi melalui body valve transmisi modern yang lebih kecil dibanding matik konvensional. Hal ini juga membantu mengurangi gejala selip yang umum terjadi. Dengan begitu akselerasi transmisi otomatis yang mengandalkan spesifikasi ATF ini jauh lebih spontan dan responsif.
Lifetime transmisi otomatis
Apa yang menentukan daya tahan sebuah transmisi otomatis? “Semuanya tergantung dari ‘nyawa’ transmisi matik yaitu ATF,” tutur Ricky Ricardo, pemilik bengkel transmisi otomatis di bilangan Cikokol Tangerang.
Baik jumlah maupun kualitas ATF harus selalu dijaga. Bahkan Ricky menganjurkan penggantian ATF setiap 5.000 km dan menguras seluruh ATF setiap 20.000 km sekali. Ia berani menjamin perawatan rutin seperti ini bisa menghindarkan transmisi dari berbagai masalah yang kerap terjadi sekaligus meningkatkan umur penggunaan transmisi tersebut.
“Untuk Toyota, untuk spesifikasi Dexron III harus diganti setiap 80.000 km dan T-IV dan WS setiap 100.000 km sekali dengan menggunakan ATF Genuine Toyota,” jelas Iwan Abdurahman. Ini merupakan interval paling jarang agar transmisi terhindar dari masalah. Ia menambahkan jika ATF lebih sering diganti akan jauh lebih baik lagi. Namun semuanya tergantung Anda sendiri sebagai penggunanya.
Perbaikan transmisi otomatis memang terbilang mahal. Apalagi jika harus mengganti seluruh bagian secara utuh. Pertanyaannya, kenapa sampai rusak total? Jika kerusakan adalah kesalahan produksi, pihak ATPM pasti bertanggung jawab selama masih dalam masa garansi.
Namun dalam banyak kasus, kerusakan yang terjadi disebabkan oleh kesalahan pemilik dalam merawat transmisi pintar ini. Oli ATF (automatic transmision fluid) merupakan elemen yang sangat esensial di sini. Tanpa pelumas ini, tenaga mesin tidak akan tersalurkan ke roda.
Pada mobil-mobil terbaru, transmisi otomatisnya membutuhkan ATF dengan spesifikasi lebih baik lagi. Rancang bangun transmisi otomatis saat ini memiliki lebih banyak sensor elektrikal dibanding transmisi otomatis konvensional. Semuanya mengacu terhadap peningkatan performa transmisi otomatis untuk mengurangi gejala selip pada transmisi sekaligus meningkatkan waktu reaksinya.
“Penggunaan jenis ATF yang tidak sesuai dengan spesifikasi transmisi bisa mengakibatkan gejala abnormal seperti dari shift shock atau entakan saat perpindahan gigi,” ujar Iwan Abdurahman, trainer PT Toyota-Astra Motor.
Ambil contoh Toyota Avanza dan Rush cukup menggunakan ATF dengan spesifikasi Dexron III seperti transmisi otomatis konvensional. Sementara Toyota Kijang Innova dan Fortuner membutuhkan spesifikasi ATF yang lebih baik lagi, yaitu T-IV. Salah satu kelebihan ATF jenis ini adalah viskositas yang lebih baik dan titik didih lebih tinggi.
Sementara ATF dengan spesifikasi WS digunakan pada Toyota Yaris, Vios, Camry, Alphard, Crown, Previa, dan Land Cruiser 200 Series. Transmisi otomatis yang digunakan mobil-mobil ini membutuhkan ATF dengan performa lebih tinggi lagi yang memiliki viskositas atau kekentalan lebih rendah.
Perbedaan tingkat viskositas ATF WS dan T-IV tak bisa dilihat maupun dirasakan hanya dengan mengandalkan jari. Namun saat bekerja, ATF jenis WS menghasilkan reaksi lebih cepat dibanding T-IV karena sifatnya yang lebih encer dan lebih cepat melakukan penetrasi melalui body valve transmisi modern yang lebih kecil dibanding matik konvensional. Hal ini juga membantu mengurangi gejala selip yang umum terjadi. Dengan begitu akselerasi transmisi otomatis yang mengandalkan spesifikasi ATF ini jauh lebih spontan dan responsif.
Lifetime transmisi otomatis
Apa yang menentukan daya tahan sebuah transmisi otomatis? “Semuanya tergantung dari ‘nyawa’ transmisi matik yaitu ATF,” tutur Ricky Ricardo, pemilik bengkel transmisi otomatis di bilangan Cikokol Tangerang.
Baik jumlah maupun kualitas ATF harus selalu dijaga. Bahkan Ricky menganjurkan penggantian ATF setiap 5.000 km dan menguras seluruh ATF setiap 20.000 km sekali. Ia berani menjamin perawatan rutin seperti ini bisa menghindarkan transmisi dari berbagai masalah yang kerap terjadi sekaligus meningkatkan umur penggunaan transmisi tersebut.
“Untuk Toyota, untuk spesifikasi Dexron III harus diganti setiap 80.000 km dan T-IV dan WS setiap 100.000 km sekali dengan menggunakan ATF Genuine Toyota,” jelas Iwan Abdurahman. Ini merupakan interval paling jarang agar transmisi terhindar dari masalah. Ia menambahkan jika ATF lebih sering diganti akan jauh lebih baik lagi. Namun semuanya tergantung Anda sendiri sebagai penggunanya.
Perhatian!
1. Baca buku petunjuk saat hendak mengganti oli transmisi otomatis (ATF).
2. Pastikan ATF pengganti sesuai dengan spesifikasi yang digunakan transmisi mobil Anda.
3. Lakukan konsultasi di bengkel resmi terdekat di kota Anda sebelum melakukan penggantian ATF.
1. Baca buku petunjuk saat hendak mengganti oli transmisi otomatis (ATF).
2. Pastikan ATF pengganti sesuai dengan spesifikasi yang digunakan transmisi mobil Anda.
3. Lakukan konsultasi di bengkel resmi terdekat di kota Anda sebelum melakukan penggantian ATF.
Memeriksa Cairan
Air Radiator
Fungsi air radiator adalah pendingin mesin yang maksimal, jika volume air tersebut cukup. Jika air radiator berkurang, akan berefek ke mesin. Mesin akan cepat panas (overheat). Akibatnya mesin akan mati, dan dapat merusak komponen mesin.
Cara menambahkan air radiator cukup mudah. Sebelum mesin dihidupkan, buka kap mesin. Pada tabung reservoir air radiator, dilihat apakah air berada diantara garis maksimum dan minimum.
Jika air dibawah garis minimum, disarankan untuk menambah air radiator. Penambahan air radiator dapat dilakukan dengan air radiator (coolant) ke tabung cadangan sampai mendekati batas maksimum.
Air Aki
Posisi permukaan air di dalam aki harus dibawah garis maksimum dan diatas garis minumum. Sel pada aki akan rusak jika kekurangan air terlalu lama. Kerusakan pada sel aki berarti kerusakan aki, yang menuntut pada penggantian aki baru.
Tambahlah air aku elektrolit (berwarna biru) hingga mendekati batas garis maksimum. Pengisian diatas garis maksimum dapat menyebabkan penguapan air aki, yang dapat merusak cat dan komponen mesin.
Air Wiper
Banyak merek khusus pencampur air wiper tersedia di pasar. Jika dalam kondisi darurat, sampo rambut bisa digunakan. Gunakan yang tidak mengandung kondisioner. Deterjen atau sabun colek dapat menyebabkan selang air wiper mampat, serta dapat membuat bercak pada kaca dan cat mobil.
Air wiper ini sangat berguna, terutama pada musim hujan atau masa pancaroba. Pengecekkan berkala perlu dilakukan, menambahkan air dapat dilakukan dengan mudah. Cukup membuka tabung air wiper, tuangkan konsentrat pencampur sesuai dosis dan tambahkan air hingga memenuhi tabung.
Oli Mesin
Penyusutan atau penguapan oli sampai batas penggantian oli, masih dapat ditoleransi. Namun pengecekkan berkala harus dilakukan, untuk menjaga jika terjadi kebocoran, yang berbuntut penyusutan secara drastis. Jika tidak kita periksa dan menambahkan oli, mesin akan jebol.
Cara memeriksanya, pada waktu mobil belum dinyalakan (biasanya pagi hari), tarik dipstick oli dan bersihkan. Masukkan kembali sampai habis, lalu tarik kembali. Perhatikan tanda oli di stik. Kondisi normal jika berada didalam batas maksimal-minimal.
Jika sudah mendekati batas bawah, segera tambahkan oli sesuai merek, tipe, dan viskositas yang digunakan. Setelah ditambahkan, periksa kembali apakah sudah cukup terisi hingga batas rekomendasi.
Oli Transmisi Matic
Pelumas transmisi otomatis juga tidak perlu ditambahkan hingga periode penggantian (sekitar 40.000 km). Karena penyusutan selama masa operasionalnya masih dalam batas toleransi.
Dilandasi dengan komponen transmisi dalam kondisi sehat. Namun kebocoran pun dapat terjadi, dan oli pun menyusut. Pada saat itu terjadi, penambahan mutlak diperlukan.
Pengecekkan oli transmisi otomatis dilakukan saat mobilpanas. Cara mengukurnya, angkat dipstick oli transmisi, bersihkan ujung stik, masukkan dan angkat kembali. Jika oli berada di bawah batas maksimal, tuangkan oli transmisi dengan bantuan corong ke lubang dipstick. Merek dan tipe harus sesuai dengan oli yang sudah dipakai.
Minyak Rem
Sistem rem mengandalkan minyak untuk bekerja, seperti mesin dan transmisi; minyak rem juga tidak perlu penambahan selama sistem rem bekerja dengan baik. Bahkan, dari permukaan minyak rem dapat diketahui ketebalan kampas rem.
Penyusutan kampas rem sebanding dengan penyusutan minyak rem secara teratur. Penyusutan drastis minyak rem pertanda ada indikasi kebocoran pada sistem rem.
Kondisi seperti ini perlu penambahan minyak rem, dengan catatan minyak menggunakan spesifikasi yang serupa. Penambahan minyak rem yang sering, pertanda kebocoran pada sistem rem. Segera diperbaiki karena rem adalah bagian yang cukup vital.
Minyak Power Steering
Pada keadaan mobil hidup, itu adalah saat pengecekkan minyak power steering. Salah satu pertanda minyak power steering perlu penambahan adalah pada saat putaran setir terasa berat. Atau dapat langsung dilihat di tabung reservoir, apakah permukaan minyak pada posisi maksimum atau tidak.
Posisi dibawah berarti kurang. Pengisian hingga batas maksimum. Hindari mengisi lebih dari batas maksimum, karena akan menyebabkan tumpah diakibatkan oleh tekanan balik.
Untuk menjaga keawetan power steering agar tetap awet, usahakan jangan memutar pada saat mesin mati, dan jangan membelokkan ban sampai mentok terlalu lama.
auto bild indonesia
|
DAIHATSU USE CAR TO DAIHATSU NEW CAR
DAFTAR HARGA MOBIL BEKAS DAIHATSU
Informasi untuk customer yang ada rencana menjual mobil lama untuk tukar tambah dengan Daihatsu terbaru , dan buat marketing sebagai bahan penawaran harga kendaraan bekas customer, sebagai catatan harga ini bukan sebagai patokan , harga tergantung kondisi kendaraan dan negosiasi antara pembeli dan penjual. yang tujuan utama nya adalah Customer membeli Daihatsu baru.
Informasi untuk customer yang ada rencana menjual mobil lama untuk tukar tambah dengan Daihatsu terbaru , dan buat marketing sebagai bahan penawaran harga kendaraan bekas customer, sebagai catatan harga ini bukan sebagai patokan , harga tergantung kondisi kendaraan dan negosiasi antara pembeli dan penjual. yang tujuan utama nya adalah Customer membeli Daihatsu baru.
Series/Model | Kapasitas | Harga | Tahun | ||
Xenia | |||||
1.0 Mi | 1.000 | 76.000.000 | 2004 | ||
1.0 Mi | 1.000 | 80.000.000 | 2005 | ||
1.0 Li Deluxe | 1.000 | 84.000.000 | 2004 | ||
1.0 Li Deluxe | 1.000 | 88.000.000 | 2005 | ||
1.0 Li Deluxe | 1.000 | 92.000.000 | 2006 | ||
1.0 Li Plus | 1.000 | 87.000.000 | 2004 | ||
1.0 Li Plus | 1.000 | 91.000.000 | 2005 | ||
1.0 Li Plus | 1.000 | 95.000.000 | 2006 | ||
1.3 Xi | 1.300 | 86.000.000 | 2004 | ||
1.3 Xi | 1.300 | 89.000.000 | 2005 | ||
1.3 Xi | 1.300 | 92.000.000 | 2006 | ||
1.3 Xi Sporty | 1.300 | 91.000.000 | 2004 | ||
1.3 Xi Sporty | 1.300 | 94.000.000 | 2005 | ||
1.3 Li Family | 1.300 | 88.000.000 | 2004 | ||
1.3 Li Family | 1.300 | 91.000.000 | 2005 | ||
1.3 Li Family | 1.300 | 94.000.000 | 2006 | ||
1.3 Li Sporty | 1.300 | 89.000.000 | 2004 | ||
1.3 Li Sporty | 1.300 | 92.000.000 | 2005 | ||
1.3 Li Sporty | 1.300 | 96.000.000 | 2006 | ||
1.0 Li VVT-i | 1.000 | 97.000.000 | 2006 | ||
1.0 Li VVT-i | 1.000 | 100.000.000 | 2007 | ||
1.0 Li VVT-i | 1.000 | 105.000.000 | 2008 | ||
1.0 Mi Plus VVT-i | 1.000 | 98.000.000 | 2006 | ||
1.0 Mi Plus VVT-i | 1.000 | 101.000.000 | 2007 | ||
1.0 Mi Plus VVT-i | 1.000 | 104.000.000 | 2008 | ||
1.3 Li Family VVT-i | 1.300 | 105.000.000 | 2006 | ||
1.3 Li Family VVT-i | 1.300 | 108.000.000 | 2007 | ||
1.3 Li Family VVT-i | 1.300 | 112.000.000 | 2008 | ||
1.3 Xi VVT-i | 1.300 | 108.000.000 | 2006 | ||
1.3 Xi VVT-i | 1.300 | 111.000.000 | 2007 | ||
1.3 Xi VVT-i | 1.300 | 114.000.000 | 2008 | ||
Terios | |||||
TS M/T | 1.500 | 130.000.000 | 2007 | ||
TS M/T | 1.500 | 140.000.000 | 2008 | ||
TS M/T | 1.500 | 150.000.000 | 2009 | ||
TX M/T | 1.500 | 150.000.000 | 2007 | ||
TX M/T | 1.500 | 160.000.000 | 2008 | ||
TX M/T | 1.500 | 167.000.000 | 2009 | ||
TX A/T | 1.500 | 155.000.000 | 2007 | ||
TX A/T | 1.500 | 165.000.000 | 2008 | ||
TX A/T | 1.500 | 170.000.000 | 2009 | ||
Taruna | |||||
CL 1.6 | 1.600 | 70.000.000 | 2000 | ||
CL 1.6 | 1.600 | 75.000.000 | 2001 | ||
CL 1.6 | 1.600 | 80.000.000 | 2002 | ||
CX 1.6 | 1.600 | 73.000.000 | 2000 | ||
CX 1.6 | 1.600 | 78.000.000 | 2001 | ||
CX 1.6 | 1.600 | 81.000.000 | 2002 | ||
CSX 1.6 | 1.600 | 80.000.000 | 2000 | ||
CSX 1.6 | 1.600 | 85.000.000 | 2001 | ||
CSX EFI 1.6 | 1.600 | 88.000.000 | 2002 | ||
CSR EFI 1.6 | 1.600 | 78.000.000 | 2000 | ||
CSR EFI 1.6 | 1.600 | 83.000.000 | 2001 | ||
CSR EFI 1.6 | 1.600 | 88.000.000 | 2002 | ||
CSR EFI 1.6 | 1.600 | 93.000.000 | 2003 | ||
FX 1.6 | 1.600 | 80.000.000 | 2002 | ||
FGX 1.6 | 1.600 | 83.000.000 | 2001 | ||
FGX 1.6 | 1.600 | 88.000.000 | 2002 | ||
FX 1.6 | 1.600 | 85.000.000 | 2003 | ||
FGX 1.6 | 1.600 | 93.000.000 | 2003 | ||
FGZ 1.6 EFI | 1.600 | 85.000.000 | 2001 | ||
FGZ 1.6 EFI | 1.600 | 90.000.000 | 2002 | ||
FGZ 1.6 EFI | 1.600 | 95.000.000 | 2003 | ||
FGZ 1.6 EFI Grande | 1.600 | 95.000.000 | 2002 | ||
FGZ 1.6 EFI Grande | 1.600 | 100.000.000 | 2003 | ||
CL 1.5 EFI | 1.500 | 83.000.000 | 2003 | ||
CL 1.5 EFI | 1.500 | 88.000.000 | 2004 | ||
CX 1.5 EFI | 1.500 | 85.000.000 | 2003 | ||
CX 1.5 EFI | 1.500 | 90.000.000 | 2004 | ||
CSX 1.5 EFI | 1.500 | 88.000.000 | 2003 | ||
CSX 1.5 EFI | 1.500 | 95.000.000 | 2004 | ||
FL 1.5 EFI | 1.500 | 75.000.000 | 2002 | ||
FL 1.5 EFI | 1.500 | 79.000.000 | 2003 | ||
FL 1.5 EFI | 1.500 | 85.000.000 | 2004 | ||
FL 1.5 EFI | 1.500 | 90.000.000 | 2005 | ||
FL 1.5 EFI Plus | 1.500 | 85.000.000 | 2003 | ||
FL 1.5 EFI Plus | 1.500 | 90.000.000 | 2004 | ||
FX 1.5 EFI | 1.500 | 87.000.000 | 2003 | ||
FX 1.5 EFI | 1.500 | 92.000.000 | 2004 | ||
FX 1.5 EFI Plus | 1.500 | 98.000.000 | 2004 | ||
FGX 1.5 EFI | 1.500 | 93.000.000 | 2003 | ||
FGX 1.5 EFI | 1.500 | 98.000.000 | 2004 | ||
OXXY CX | 1.500 | 103.000.000 | 2005 | ||
OXXY FX | 1.500 | 106.000.000 | 2005 | ||
OXXY CSX | 1.500 | 110.000.000 | 2005 | ||
OXXY CSX | 1.500 | 116.000.000 | 2006 | ||
OXXY FGX | 1.500 | 115.000.000 | 2005 | ||
OXXY FGX | 1.500 | 120.000.000 | 2006 | ||
Taft | |||||
GT 4x4 Independent | 2.800 | 85.000.000 | 1996 | ||
GT 4x4 Independent | 2.800 | 90.000.000 | 1997 | ||
GT 4x4 Independent | 2.800 | 95.000.000 | 1998 | ||
Rocky 4x4 Independent | 2.800 | 90.000.000 | 1996 | ||
Rocky 4x4 Independent | 2.800 | 95.000.000 | 1997 | ||
Rocky 4x4 Independent | 2.800 | 100.000.000 | 1998 | ||
Sirion | |||||
M/T | 1.300 | 105.000.000 | 2007 | ||
M/T | 1.300 | 110.000.000 | 2008 | ||
A/T | 1.300 | 108.000.000 | 2007 | ||
A/T | 1.300 | 113.000.000 | 2008 | ||
Luxio | |||||
X A/T | 1.300 | 145.000.000 | 2009 | ||
X M/T | 1.300 | 137.000.000 | 2009 | ||
Gran Max | |||||
1.3 D | 1.300 | 90.000.000 | 2008 | ||
1.5 D | 1.500 | 97.000.000 | 2008 | ||
1.5 D Optima | 1.500 | 102.000.000 | 2008 | ||
Feroza | |||||
Special Edition | 1.600 | 44.000.000 | 1996 | ||
Special Edition | 1.600 | 47.000.000 | 1997 | ||
Special Edition | 1.600 | 50.000.000 | 1998 | ||
Mega Top | 1.600 | 45.000.000 | 1996 | ||
Mega Top | 1.600 | 48.000.000 | 1997 | ||
Mega Top | 1.600 | 51.000.000 | 1998 | ||
G2 | 1.600 | 49.000.000 | 1996 | ||
G2 | 1.600 | 52.000.000 | 1997 | ||
G2 | 1.600 | 55.000.000 | 1998 | ||
G2 | 1.600 | 59.000.000 | 1999 | ||
G2 Mega Top/ Sporty | 1.600 | 54.000.000 | 1997 | ||
G2 Mega Top/ Sporty | 1.600 | 58.000.000 | 1998 | ||
G2 Mega Top/ Sporty | 1.600 | 62.000.000 | 1999 | ||
Ceria | |||||
KL | 850 | 35.000.000 | 2001 | ||
KL | 850 | 37.000.000 | 2002 | ||
KL | 850 | 39.000.000 | 2003 | ||
KL Plus | 850 | 37.000.000 | 2001 | ||
KL Plus | 850 | 39.000.000 | 2002 | ||
KL Plus | 850 | 41.000.000 | 2003 | ||
KX | 850 | 39.000.000 | 2001 | ||
KX | 850 | 41.000.000 | 2002 | ||
KX | 850 | 43.000.000 | 2003 | ||
KX-R | 850 | 43.000.000 | 2002 | ||
KX-R | 850 | 45.000.000 | 2003 | ||
New KL | 850 | 43.000.000 | 2003 | ||
New KL | 850 | 45.000.000 | 2004 | ||
New KL Plus | 850 | 45.000.000 | 2003 | ||
New KL Plus | 850 | 47.000.000 | 2004 | ||
New KX | 850 | 47.000.000 | 2003 | ||
New KX | 850 | 50.000.000 | 2004 | ||
New KX | 850 | 53.000.000 | 2005 | ||
New KX | 850 | 56.000.000 | 2006 | *Kapasitas : CC |
ASTRA DAIHATSU PEMALANG NEWS
Daihatsu Eco Driving Contest 2010
Adu Hemat BBM Daihatsu
Foto : Yohan
Jumat, 03 September 2010 22:28 WIB
Daihatsu Eco Driving Contest 2010 kembali digelar. Event yang memperlombakan efisiensi bbm dengan kendaraan Daihatsu di berbagai rute ini memberi perubahan posisi sementara. Dengan kondisi berkendara normal dan lalu lintas yang bervariasi, 15 peserta yang berasal dari klub otomotif Daihatsu ini pun adu hemat bbm.
Event ini dimulai sejak Juli hingga September mendatang, memberi hasil yang berbeda di akhir Agustus lalu. Seperti yang dialami Kharina Hernawaty Sadikin yang tampil mengesankan di Juli lalu. Namun pada Agustus, hasil efisiensi bbm-nya tidak mengembirakan. Posisi ke-5 menjadi hasil akhir bagi Kharina. Efisiensi konsumsi bbm-nya mencapai 9,89 km/liter dicapai dengan menggunakan Daihatsu Xenia Li berkapasitas 989 cc.
Sementara Yodi Anugraha dari Maxxio, meraih posisi ketiga di Juli lalu, kini ia justru terlempar dari big 5. Penurunan 11,48% dari 10,24 km/liter menjadi 9,06 km/liter membuatnya tersingkir dari 5 besar Daihatsu Eco Driving Contest.
Selain akibat perilaku berkendara yang lebih agresif dari bulan sebelumnya, Yodi dengan Luxio-nya juga banyak menghabiskan bahan bakar dalam kondisi mobil berhenti.
Event ini dimulai sejak Juli hingga September mendatang, memberi hasil yang berbeda di akhir Agustus lalu. Seperti yang dialami Kharina Hernawaty Sadikin yang tampil mengesankan di Juli lalu. Namun pada Agustus, hasil efisiensi bbm-nya tidak mengembirakan. Posisi ke-5 menjadi hasil akhir bagi Kharina. Efisiensi konsumsi bbm-nya mencapai 9,89 km/liter dicapai dengan menggunakan Daihatsu Xenia Li berkapasitas 989 cc.
Sementara Yodi Anugraha dari Maxxio, meraih posisi ketiga di Juli lalu, kini ia justru terlempar dari big 5. Penurunan 11,48% dari 10,24 km/liter menjadi 9,06 km/liter membuatnya tersingkir dari 5 besar Daihatsu Eco Driving Contest.
Selain akibat perilaku berkendara yang lebih agresif dari bulan sebelumnya, Yodi dengan Luxio-nya juga banyak menghabiskan bahan bakar dalam kondisi mobil berhenti.
Peningkatan sebesar 20,35% dari hasil sebelumnya, memastikan dirinya sebagai yang terbaik. Performanya dari 9 km/liter meningkat ke 10,83 km/liter. Nah, berikut ini adalah hasil kompetisi efisiensi bbm untuk Agustus lalu.
Nama | Klub | Penghematan |
Erlansyah Abdul Fakih | Cwindow | 20,35% |
Ilham Mardisantoso | Cwindow | 14,71% |
Iswan Fitri R | Axic | 5,99% |
Hengky Aprianto | Teruci | 1,98% |
Kharina Hernawaty Sadikin | Axic | 0,05% |
Penjualan Daihatsu
Xenia Tetap Terlaris
Rabu, 19 Mei 2010 19:12 WIB
Menjelang pertengahan tahun ini, PT Astra Daihatsu Motor (ADM) berhasil membukukan penjualan retail terbanyak kedua secara nasional. Total penjualan yang dicetak Daihatsu mencapai 33.498 unit. Jumlah ini naik 12.522 unit atau 60% dibanding periode yang sama tahun lalu dengan total 20.976 unit.
Menurut Amelia Tjandra, Marketing Director PT ADM, total penjualan 33.498 unit itu dicapai pada situasi di mana semua merek menaikkan target penjualannya. Jumlah penjualan terbanyak dari jajaran produk Daihatsu diraih oleh Xenia.
Sebagai back bone PT ADM, Xenia telah terjual sebanyak 4.814 unit selama April tahun ini atau memeroleh 29,9% pangsa pasar. GranMax juga mengalami peningkatan dengan 2.415 unit dan Terios sebanyak 1.302 unit. Sementara Luxio mampu mencetak 456 unit dan Sirion 32 unit selama April 2010. [Ary Damarjati]
Menurut Amelia Tjandra, Marketing Director PT ADM, total penjualan 33.498 unit itu dicapai pada situasi di mana semua merek menaikkan target penjualannya. Jumlah penjualan terbanyak dari jajaran produk Daihatsu diraih oleh Xenia.
Sebagai back bone PT ADM, Xenia telah terjual sebanyak 4.814 unit selama April tahun ini atau memeroleh 29,9% pangsa pasar. GranMax juga mengalami peningkatan dengan 2.415 unit dan Terios sebanyak 1.302 unit. Sementara Luxio mampu mencetak 456 unit dan Sirion 32 unit selama April 2010. [Ary Damarjati]
Daihatsu Luxio D Premio M/T
Foto : Heri Kuswanto
Jumat, 27 Agustus 2010 19:26 WIB
“Sebenarnya yang paling enak buat konsumen adalah DP 20%. Dengan uang muka yang lebih besar, maka rate bunga bisa diperkecil sehingga total yang dibayar konsumen jadi lebih murah,” ujar Reny Futsy Yama, Brand Manager Daihatsu, BMW & Peugeot PT Astra Credit Company.
Dengan DP 20% maka total yang perlu dibayarkan pertama kali adalah Rp 34 juta. Angka ini sudah termasuk angsuran pertama, asuransi Comprehensive 3 tahun dan biaya administrasi. Kemudian dikombinasikan dengan tenor 3 tahun sehingga cicilan per bulannya menjadi Rp 4,150 juta.
Namun ada yang mengganggap bahwa Rp 3 juta merupakan angka psikologis untuk cicilan per bulan. Untuk mencapai kombinasi tersebut, maka prinsip saling silang bermain di sini. Konsumen tinggal memilih dengan menetapkan kredit Rp 3 juta per bulan maka tenor akan diperpanjang menjadi 4 tahun. Atau cara lainnya adalah dengan memperbesar jumlah DP.
Fitur vs harga
Daihatsu Luxio D Premio berbeda dengan Luxio D. Kasta Premio berada satu tingkat diatas Luxio D standar berkat kelengkapannya. Harga Premio lebih mahal Rp 4,6 juta, dan selisih itu digunakan untuk membayar 8 item yang menurut kami cukup valueable untuk ditebus.
Kelengkapan tersebut adalah sensor parkir dan wheel cover. Sensor parkir penting karena Luxio bertubuh jumbo sedang wheel cover untuk menutupi kesan standar dari pelek kaleng yang digunakan. Item berikutnya adalah grill engine hood krom, pilar C berwarna hitam, front mud guard, rear spoiler, cover seat leg, dan cover mirror with lamp.
Meski entry level, Daihatsu sudah membekali D Premio dengan fitur-fitur yang krusial bagi kenyamanan. Selain perincian di atas, D Premio juga mendapatkan beragam fitur lain. Perangkat seperti power steering dan AC sudah ada padanya. Begitu juga power window, central door lock, dan wiper belakang. Sistem audionya menganut format head unit single DIN dengan CD player.
Seluruh jok dilengkapi sistem reclining untuk kenyamanan penumpang. Belum lagi pintu belakang sliding door yang memastikan akses keluar masuk kabin jadi mudah.
Data spesifikasi
DAIHATSU LUXIO D PREMIIO M/T
Mesin/kapasitas 4 inline/1.495 cc
Tenaga maksimum 97 dk/6.000 rpm
Torsi maksimum 134 Nm/4.400 rpm
Transmisi 5-spd manual/rwd
0-100 km/jam 14,46 detik
Konsumsi bbm 13,8 km/l
Pengereman (100-0 km/jam) N/A
P x L x T 4.165 x 1.665 x 1.915 mm
Wheelbase 2.650 mm
Kapasitas tangki/bagasi/ban serep 43 liter/full size
Konfigurasi bangku 2-3-3
Bobot 1.320 kg
Airbags/ABS/EBD/BA Tidak/tidak/tidak/tidak
AC climate control/dual zone/double blower Tidak/tidak/tidak
On-board computer/smart key Tidak/tidak
Setir adjustable reach/rake Tidak/tidak
CD player/aux-in/tombol setir Ada/tidak/tidak
Jok belakang pisah/lipat/sliding Tidak/ada/ada (baris kedua)
Foglamp/spion elektrik/pelipat elektrik Tidak/ada/tidak
Transmisi matik/pelek alloy Tidak/tidak
Daihatsu Terios TS A/T
Minggu, 14 Februari 2010 16:32 WIB
Sosok SUV nan gagah ditantang oleh pasar. Gayung pun bersambut. Usai launching dan pameran di Kawasan Kelapa Gading, Jakarta, kunci Terios TS matik berada di tangan kami dengan odometer baru menunjukkan 85 kilometer. Tanpa basa-basi, keandalan SUV Daihatsu ini langsung dicoba di jalan.
Asyiknya, dengan hadirnya versi matik, Terios lebih terbuka bagi siapapun. Pria dan wanita jadi mahfum dengan sosok SUV matik ini. Dan aktivitas outdoor seperti bersepeda menjadi target menguji kemampuan Terios TS bertransmisi pintar ini.
Sesaat memutar kunci kontak, deruman khas Terios pun terdengar. Interior fresh seolah menyapa sang pengemudi. Selain tuas transmisi gate type, panel instrumen, serta audio double DIN Kenwood membuat aura kabin semakin segar.
Tidak hanya itu, embusan udara AC single blower mampu menyejukkan perjalanan. Sekaligus menjamin kenyamanan berkendara 7 orang di dalamnya. Bahkan bangku baris ketiga bisa disulap menjadi bagasi ekstra sesuai kebutuhan, termasuk untuk sepeda dan segala perlengkapannya.
Untuk mesin, Daihatsu masih mengadopsi 1.495 cc 4 silinder VVT-i. Istimewanya terletak pada setting final gear untuk Terios matik ini.
Daihatsu menggunakan perbandingan gigi akhir 5,857:1 untuk menyiasati loss power di transmisi matik, terutama saat beban berat dan tanjakan. Sehingga saat berada di tanjakan, Terios tetap terasa perkasa.
Suspensinya sendiri tak ada perbedaan dari versi manual. Kami mencobanya di jalan rusak di pinggiran Jakarta, tepatnya di bilangan Depok dan Bekasi. Penggunaan 5-link rigid axle dengan per keong masih tetap dipertahankan. Setidaknya jalan semi-off-road di jalan Indonesia begitu pas untuk Terios ini.
Saat beraksi di jalan, performa Terios matik mulai tampak. Akselerasi 0–100 km/jam bisa direngkuh hanya dalam 16,33 detik. Sementara untuk melaju dari 60 km/jam ke 80 km/jam Terios mampu melakukannya dalam 3,73 detik. Ini merupakan simulasi performa Terios saat menelusuri jalan perkotaan yang padat.
Konsumsi bbm Terios cukup bisa diandalkan dan menghasilkan kehematan yang cukup baik. Di jalan tol, Terios mampu membukukan angka konsumsi bbm 13,1 km/liter. Terbilang baik untuk ukuran SUV dengan kapasitas 7 orang.
Hasil ini membuatnya tidak terlalu menguras budget bulanan keluarga. Singkatnya, Terios mengasyikkan untuk digunakan harian atau beraktivitas outdoor seperti bersepeda. Tantangan pasar telah dijawab Daihatsu dengan SUV matik terbarunya ini.
Daihatsu Terios TS Extra A/T Harga on-the-road: Rp 156,6 juta Panjang/wheelbase: 4.120 mm/2.665 mm Lebar/tinggi: 1.635 mm/1.695 mm Mesin/kapasitas: 4 silinder/1.495 cc Tenaga maksimum: 109 dk/6.000 rpm Torsi maksimum: 145 Nm/4.400 rpm Transmisi: 4-spd otomatis/RWD Kapasitas tangki/bagasi/ban serep: 45 liter/N/A/full size Bobot: 1.570 kg 0-100 km/jam: 16,33 detik 0-60 km/jam: 6,54 detik 60-80 km/jam: 3,73 detik* 80-100 km/jam: 6,05 detik* 100-120 km/jam: 8,64 detik* Pengereman (100-0 km/jam): 62,19 meter Konsumsi bbm tol/kombinasi/dalam kota: 13,1 km/l/N/A/N/A |
First opinion Meski SUV bukan berarti poin kenyaman terabaikan. Nah atas dasar itu, Daihatsu merespons Terios TS untuk dipasangkan transmisi matik. Alhasil, SUV entry level ini siap menjawab kebutuhan konsumen akan hal itu. Asyik dipakai harian, Terios matik juga oke diajak beraktivitas outdoor sekalipun. |
Langganan:
Postingan (Atom)